PACITAN, JAWA TIMUR — Kabupaten Pacitan terkenal dengan nuansa pesisir nan eksotis. Banyak lokasi wisata yang berada di kabupaten selatan Jawa Timur ini. Salah satunya ialah Pantai Soge dan Pantai Teban. Pantai Soge berlokasi di Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirejo, dan Pantai Teban di Desa Hadiwarno, Kecamatan Ngadirojo. Banyak orang menyebut kedua lokasi ini sebagai hidden gems destinasi wisata di Pacitan, Jawa Timur.
Meski termasuk dalam hidden gems, mereka juga memiliki bahaya laten yang belum diketahui banyak orang. Sehingga, yang awalnya adalah hidden gems menjadi hidden threats. Terutama di Pantai Soge sendiri ternyata rawan terjadi abrasi. Hal ini karena pesisir pantai tersebut berbatasan langsung dengan kekuatan gelombang air laut selatan.
Di satu sisi, sungai yang bermuara di Pantai Soge, mengalir dari arah utara dan berbatasan langsung dengan daratan yang merupakan pasir tambak. Pasir tambak tersebut terhimpit oleh muara sungai dan air laut. Fenomena perpindahan muara sungai yang acap kali mengubah bentuk daratan tersebut lebih dominan dipengaruhi oleh kekuatan gelombang pasang air laut dan bukan berasal dari limpahan arus Sungai Soge.
Dengan demikian kekuatan gelombang pasang tersebut yang menyebabkan daratan pantai di sekitar muara mengalami pergeseran, sehingga tidak dapat dipastikan letaknya. Akibat pergeseran dan abrasi ini, pada akhirnya menyebabkan tanaman sepanjang pantai yang rusak dan tumbang. Mulai dari tergerus air yang berasal dari danau maupun gempuran dari air laut.
Selain itu, di Pantai Soge masih minim jenis vegetasi pelindung bahaya dari tsunami. Misal pohon mangrove dan jenis pohon keras lainnya. Mengingat Pacitan termasuk wilayah yang memiliki potensi ancaman gempa besar yang kemudian mengakibatkan tsunami selatan jawa.
Lain halnya dengan Pantai Soge, Pantai Teban juga memiliki hidden threats-nya sendiri. Hutan mangrove yang berada di Pantai Teban telah mengalami kerusakan akibat pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Indikasinya yakni menjadikan daun-daun tanaman mangrove sebagai pakan hewan ternak. Hal ini merusak ekosistem di sekitar tanaman mangrove, buktinya tiada lagi biota laut seperti kepiting bakau yang berada di sekitarnya.
Di satu sisi, sebagian penduduk hanya antusias apabila dikoordinir oleh perangkat desa. Hal ini dikarenakan bahwa sebagian besar penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani setiap harinya sudah disibukkan oleh sawahnya, jadi tidak terlalu fokus untuk ikut merawat. Selain itu, sebagian masyarakat masih belum memiliki struktur dan kapasitas yang mapan dalam menghadapi kesiapsiagaan bencana salah satunya masih minim perlengkapan penunjang seperti alat pelindung diri (APD) dan perlengkapan yang mendukung penguatan proses kesiapsiagaan.
Dengan kenyataan di atas, Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa menjadikan wilayah Kabupaten Pacitan, tepatnya Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirejo, sebagai Kawasan Tangguh dan Tanggap Bencana. Hari Minggu (30/10/2022) menjadi momentum penting. Pasalnya DMC Dompet Dhuafa bersama INDOFEST 2022, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan dan Komunitas Pandan Wangi Kebun Raya Banten mengadakan penanaman 2.050 pohon mangrove dan pohon keras lainnya di Pantai Soge dan Pantai Teban. Kegiatan ini berlangsung dalam rangka gerakan Sedekah Pohon penanaman mangrove dan pohon keras dilaksanakan serentak dengan uluran bantuan warga setempat.
Agus Sugiyanto selaku Kepala Desa Sidomulyo menyambut baik iktikad baik yang dilakukan oleh kawan-kawan dari INDOFEST 2022, BPBD Kabupaten Pacitan dan Komunitas Pandan Wangi Kebun Raya Banten. Hal ini mendorong motivasi warga dan pihak aparatur setempat untuk kembali membangun desa yang tangguh terhadap bencana. Menjadi sebuah Kawasan Tangguh dan Tanggap Bencana.
“Kami menyambut baik tentang kegiatan yang dilaksanakan oleh DMC Dompet Dhuafa. Karena memang setelah terjadi pasca musibah kemarin, menjadi motivasi kami untuk membangun kembali sarana dan prasarana pasca dilanda kerusakan kemarin,” jelasnya.
Agus menambahkan bahwa masyarakat sudah melakukan koordinasi dengan aparatur setempat mulai dari tingkat kecamatan dan kabupaten. Hasilnya melalui Dinas Pekerjaan Umum telah dicanangkan program pembuatan tanggul pengaman. Dengan demikian ini bisa menjadi upaya penanggulangan bencana destinasi wisata Pantai Soge.
“Sekali lagi tentunya kami mengucapkan terima kasih yang luar biasa atas respons DMC Dompet Dhuafa yang telah bersinergi dengan kami sehingga ini menjadi sebuah semangat baru. Agar masyarakat membangun kembali sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana tersebut. Semoga ini bermanfaat bagi masyarakat. Juga kami ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan donatur INDOFEST. Terima kasih mudah-mudahan kerja sama ini akan lanjut dan terus ditingkatkan,” sambung Agus.
Agus juga menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat sudah bisa mengantisipasi bencana abrasi. Karena menurutnya, masyarakat percaya bahwa ini merupakan siklus 5 (lima) tahunan sekali. Namun, meski sudah melakukan perencanaan matang, bencana alam selalu hadir di luar perkirakaan. Sehingga pertolongan dari berbagai pihak merupakan salah satu kunci penanggulngan bencana yang komprehensif.
Ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa Sidomulyo, Suparli juga menuturkan hal serupa. Masyarakat sudah memiliki FPRB, namun forum tersebut masih terbilang baru. Sehingga aktivasi kegiatan PRB masih belum mapan.
“Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih kepada DMC Dompet Dhuafa bahwa kami Desa Sidomulyo telah diberikan pelajaran untuk menanam mangrove dan itu sangat berguna sekali serta sangat bermanfaat. Karena kami di sini FPRB kami memang belum lama berdiri dan tentang penanaman mangrove masih belum begitu paham sekali,” jelasnya.
Suparli berharap bahwa kegiatan ini bisa berlanjut dan meningkat hingga ke jenjang yang lebih tinggi dan lebih masif lagi. Ia menjelaskan, saat banjir terjadi, dampaknya sangat menggerus pantai atau bibir pantai. Namun sekarang telah dilaksanakan pemasangan batu besar (tanggul) untuk penahan air yang telah diinisiasi oleh masyarakat.
“Nanti kami mohon ada tindak lanjut bantuan dari DMC Dompet Dhuafa yaitu penanaman pohon yang sifatnya keras untuk pendamping atau meneruskan program dari batu yang telah dipasang. Sehingga nanti bisa tertampung air dan ditanam mangrove lagi. Dengan demikian mungkin ke depan bisa jadi tempat pariwisata. Kami ucapkan terima kasih kepada para donatur. Mudah-mudahan apa yang telah didonasikan menjadi baik untuk kita. Kedua menjadi manfaat atau menjadi amal barokah bagi para donatur,” ujar Suparli.
Bowo Prayogo selaku Ketua Karangtaruna Desa Sidomulyo menceritakan bahwa abrasi terparah terjadi di tahun 2022. Pada tahun 2022 abrasi telah menghilangkan lahan-lahan pariwisata di pantai. Hal itu terjadi dalam waktu seminggu. Dalam waktu seminggu, bencana abrasi telah menghabiskan lahan-lahan pariwisata. Tahun 2022, abrasi paling parah yang sudah terjadi di Pantai Soge di sini sampai menghabiskan lahan parawisata, terutama aset desa.
“Dampak abrasi salah satunya destinasi wisata yang berdekatan dengan pohon cemara tersebut. Dahulu tempat tersebut merupakan tempat wisata anak-anak. Karena tempatnya enak, aman dan teduh sehingga banyak anak-anak yang bermain di sana. Namun sekarang sudah tidak ada lagi,” pungkasnya.
Kegiatan ini merupakan juga sarana edukasi sebagai bentuk penyadaran ke masyarakat pengunjung, khususnya warga Desa Sidomulyo. Tentang pentingnya menjaga ekosistem mangrove. Selain itu juga untuk edukasi terhadap warga tentang tanaman pelindung yang berfungsi sebagai pemecah gelombang tsunami.
“Saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman DMC Dompet Dhuafa. Alhamdulillah terima kasih bantuannya telah ikut serta mendampingi Desa Sidomulyo untuk bisa bangkit kembali. Dan untuk teman-teman, dari INDOFEST terima kasih sekali atas partisipasinya supaya tidak ada bencana lagi,” tutup Bowo.
Haryo Mojopahit selaku Chief Executive DMC Dompet Dhuafa menjelaskan, DMC Dompet Dhuafa akan menjadikan Desa Sidomulyo sebagai Kawasan Tangguh dan Tanggap Bencana. Dengan menitikberatkan kepada program mitigasi dan kesiapsiagaan bencana gempa bumi, tsunami hingga abrasi. Sehingga penanaman mangrove dan pohon keras ini merupakan salah satu agenda besar masyarakat dan DMC Dompet Dhuafa dalam mewujudkan Indonesia Tangguh dan Tanggap Bencana.
Dalam waktu dekat, masyarakat dan DMC Dompet Dhuafa akan melakukan pembangunan bendungan pemecah ombak. Hal Ini sangatlah penting, karena merupakan upaya untuk mencegah terjadinya banjir bandang, dan juga untuk menjaga kestabilan dan kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati di pesisir.
“Kami mohon dukungan dan bantuannya bersama DMC Dompet Dhuafa dalam rencana mewujudkan Kawasan Tangguh dan Tanggap Bencana di Desa Sidomulyo. Kami berharap dengan Kawasan Tangguh dan Tanggap Bencana ini mampu membantu warga dapat beraktivitas seperti biasa tanpa merasa cemas akan ancaman bencana yang mengintai,” jelasnya. (Dompet Dhuafa Jawa Timur/Markom/Aldi)