LUMAJANG, JAWA TIMUR — “Waktu kejadian erupsi, saya dan keluarga sedang berada di rumah. Tiba-tiba ada suara gemuruh dan mati listrik,” terang Sunarko (66), pada Senin (6/12/2021) kepada tim DMC Dompet Dhuafa.
Sunarko, salah satu penyintas asal Dusun Kamarkanjang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Lumajang, berbagi kisahnya saat detik-detik kejadian erupsi Gunung Semeru pada Sabtu (4/12/2021) lalu.
Saat itu pukul menunjukan 14:30, Sunarko beserta keluarga sedang berada di rumah. Tidak lama kemudian, terdengar gemuruh keras yang diikuti dengan pemadaman listrik satu kecamatan.
Bersusulan suara panik bercampur dengan suara hentakan kaki, warga berlari menuruni jalan. Namun ada sebagian yang memutuskan tidak lari, salah satunya ialah keluarga Pak Sunarko.
“Asap tebal dan debu-debu yang banyak,” Sunarko mencoba mengingat kembali saat kejadian erupsi.
“Ditambah dengan pemadaman listrik. Nah, di situ suasana menjadi gelap gulita,” sambungnya.
Cucu Sunarko sempat memutuskan untuk berlari keluar mengikuti kepanikan warga. Namun Sunarko berpesan untuk menunggu aman terkendali. Setelah itu baru kemudian keluar dan mengungsi ke tempat yang lebih aman.
“Kita semua berkumpul di rumah sambil berdoa supaya cepat reda,” tambahnya.
“Alhamdulillah keluarga sehat. Meski memang ekonomi lemah, aktivitas di sini menjadi mati total. Mayoritas di sini bekerja sebagai penambang. Akibat kejadian ini semua aktivitas mati total dan tidak ada pemasukkan,” pungkas Sunarko.
Sahabat, dukungan dan sinergi kita sangat berarti. Berani baik dengan ikut bantu penuhi kebutuhan darurat warga yang terdampak bisa kita lakukan dengan berdonasi melalui dompetdhuafajatim.org/erupsi-gunung-semeru . (Dompet Dhuafa Jawa Timur / Markom / Aldhiansyah)